Author
Ravshaan Singh
3 minute read

 

Pada Rabu malam, ratusan ruang keluarga di seluruh dunia memulai pencarian yang kurang dikenal, pencarian keheningan, pembelajaran, dan perubahan. Ini semua dimulai pada tahun 1996, di Silicon Valley, California, ketika sekelompok individu mulai mempertanyakan validitas definisi kesuksesan mereka yang mendarah daging yang terbatas pada kekayaan finansial. Mereka mulai berkumpul setiap minggu untuk menjelajahi topik yang lebih bermakna
kebahagiaan, kedamaian dan kehidupan. Pintu selalu terbuka untuk menyambut siapa saja dan siapa saja yang ingin bergabung. Lambat laun, acara mingguan ini mulai mendapatkan jumlah pengunjung yang lebih besar dan seiring kabar kesuksesan mereka menyebar, berbagai kota di seluruh dunia memulai cabang lokal "Awakin Circles".

Di Chandigarh juga, setiap Rabu malam, orang-orang dari berbagai komunitas berkumpul bersama di sebuah apartemen nyaman di Sektor 15. Ada satu jam hening, yang diikuti dengan dialog konstruktif dan masakan rumahan. Rabu lalu, Chandigarh Awakin' Circle disemarakkan dengan kehadiran salah satu pendiri gerakan, Nipun Mehta. Selain sebagai pembicara terkenal dan revolusioner sosial, Nipun juga merupakan pendiri inisiatif perubahan sosial yang sukses bernama ServiceSpace .

Saat dia memasuki apartemen pada Rabu malam, dia membawa suasana antusiasme yang sekaligus hangat dan mengundang. Dia menyapa semua orang yang dia temui dengan pelukan erat yang datang langsung dari lubuk hatinya. Dalam beberapa menit, dia telah mengambil sekelompok empat puluh orang asing yang enggan dan membentuk satu keluarga yang merasa nyaman berbagi masalahnya. Nipun Mehta adalah perwujudan sejati dari
filosofi yang sering dia khotbahkan: Vasudhaiva Kutumbakan , artinya dunia adalah satu keluarga.

Sebentar lagi dia akan tampil di atas panggung. Menentang norma dan ekspektasi, Nipun Mehta duduk di lantai, di antara penonton. Gerakan tak terduga ini berfungsi sebagai secangkir kopi bagi mereka yang kelopak matanya terkulai karena seharian bekerja. Mata semua orang tertuju pada pria yang meremehkan bobot penghargaannya dengan kasih sayangnya.

Sebuah artikel kecil seperti ini tidak akan pernah cukup untuk menggambarkan permata kebijaksanaan yang disentuh oleh Nipun Mehta pada hari itu, tetapi dia mendorong semua orang untuk mulai melepaskan perilaku yang diperoleh, yang dia yakini, bertanggung jawab atas keadaan kita yang terganggu. "Pola pikir transaksional" adalah produk sampingan langsung dari struktur masyarakat saat ini, di mana kelangsungan hidup seseorang hampir secara eksklusif bergantung pada uang. Ini adalah naluri manusia untuk bertahan hidup, dan demikian juga naluri manusia untuk bekerja dan mengharapkan imbalan uang. Namun, dengan penguatan harian dari transaksi moneter, ekspektasi akan imbalan telah menjadi begitu kuat di benak kita sehingga tanpa sadar kita mengekstrapolasi ekspektasi ini ke area yang tidak terkait seperti layanan.

Memberi atau melayani harus berlabuh dalam cinta tanpa syarat; tidak boleh ada harapan imbalan finansial seperti uang, imbalan sosial seperti meningkatkan reputasi seseorang, atau imbalan emosional seperti kepuasan. Jika imbalan semacam itu merupakan motivasi di balik tindakan kebaikan, tindakan itu menjadi tindakan melayani diri sendiri. Hanya ketika tindakan kebaikan dilakukan dengan niat murni untuk meringankan penderitaan orang lain barulah tindakan tersebut mempertahankan potensinya. Pertama sembuh, lalu berubah dan
akhirnya menimbulkan cinta yang tak tergoyahkan. Semoga kita semua diberkahi dengan keberanian untuk melepaskan diri dari rantai “pemikiran transaksional” dan menemukan cita rasa nektar manis dari kebaikan sejati.



Inspired? Share the article: